Etologi (Perilaku Hewan): Pengertian, Jenis, dan
Contohnya
Setiap mahluk
hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali mereka
dilahirkan. Untuk tetap bertahan sebagai mahluk hidup maka mereka harus mampu melakukan
adaptasi baik pada level populasi maupun komunitas pada suatu biosfer.
Jika ditelaah
berbagai macam interaksi pada mahluk hidup, maka banyak sekali contoh pola-pola
perilaku yang diperlihatkan pada hewan dari berbagai taksa. Kajian mengenai perilaku
tersebut telah dilakukan sejak lama oleh para peneliti dimana hewan dapat
berkomunikasi, bergerak, melakukan interaksi social, dan
mencari makanan. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mengkaji bagaimana hewan-hewan berperilaku di lingkungan dalam berbagai situasi dengan pola yang spesifik.
mencari makanan. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mengkaji bagaimana hewan-hewan berperilaku di lingkungan dalam berbagai situasi dengan pola yang spesifik.
Dalam
klasifikasinya, perilaku hewan dapat dikategorikan menjadi dua yang dilandaskan
kepada bagaimana perilaku tersebut bisa terbentuk atau dimiliki suatu spesies
atau individu. Dua jenis perilaku itu adalah :
1.
Perilaku alami (yang diperoleh tidak dengan
proses belajar tetapi didasari oleh genotip dan interaksinya dengan lingkungan)
2.
Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki
oleh suatu hewan jika telah mengalami suatu pelajaran baik oleh kejadian tertentu
yang menimbulkan pengalaman atau memang karena adanya serangkaian pembelajaran
yang dilakukan oleh individu lain (baik oleh spesiesnya sendiri, spesies lain
atau oleh manusia)
Jenis – Jenis
Perilaku Alami
(1).
Innate : merupakan perilaku yang telah ada
di dalam individu sebagai bawaan lahir dan berkembang secara tetap/ pasti.
Perilaku ini tidak memerlukan proses belajar, sering kali terjadi pada saat
baru lahir dan bersifat genetic (dapat diturunkan). Dalam perilaku ini dikenal
adanya istilah insting terutama berupa insting dasar yang menjadikan suatu
hewan dapat melakukan sesuatu atau bertindak dalam kondisi tertentu. Contoh
perilaku ini adalah sang anak yang baru lahir dapat menemukan sendiri kelenjar
susu induknya untuk dapat memperoleh makanan dari air susu. Perilaku Planaria
yang menghindar dari cahaya juga merupakan contoh dari perilaku insting.
(2).
Pola Aksi Tetap (Fixed Action Patterns/ FAPs): merupakan perilaku stereotipik yang merupakan serangkaian aktivitas
oleh adanya stimulus spesifik. Contoh perilaku ini adalah ketika seekor anak
burung baru menetas, ia akan dengan spontan membuka mulutnya dan kemudian
induknya akan menaruh makanan di mulutnya tersebut. Contoh lainnya adalah
ritual kawin pada beberapa jenis burung seperti burung merak atau burung kuau.
Ritme cycardian (jam biologis) juga dimasukkan kedalam jenis perilaku pola aksi
tetap misalnya kelelawar insektivora yang hanya aktif di malam hari.
(3).
Perilaku Agonistik : perilaku agresif yang pada
dasarnya dilakukan untuk dapat bertahan hidup (survival) atau memperoleh
pengakuan dalam kelompok tertentu. Tujuan spesifik dari terjadinya agonistic
sangat beragam, dan dapat terjadi intraspesies atau interspesies. Kadang kala
perilaku ini bisa menyebabkan kematian tetapi terkadang hanya berupa ritual
semata.
(4).
Perilaku Teritroial : merupakan perilaku mempertahankan
suatu area tertentu (home range) dari kehadiran spesies atau individu pesaing
sehingga suatu hewan dapat memiliki sumber makanan, tempat bereproduksi atau
beraktivitas dan memelihara anak dan keturunannya dengan pesaing yang minimal
atau bahkan tanpa adanya pesaing.
Bentuk-bentuk
teritrorialnya beragam, dapat berupa adanya penanda (urine, kotoran, bekas
cakaran) di berbagai tempat dalam kawasan tertentu atau dengan adanya
perlawanan ketika ada individu atau spesies lain mencoba masuk ke dalam
kawasan. Perilaku teritori ini contohnya pada perilaku Harimau, Singa, dan
hewan-hewan buas lainnya yang memiliki kawasan tertentu sebagai tempat mencari
makanannya.
(5).
Perilaku Alturistik : merupakan perilaku social non
egois pada hewan yang berkoloni dimana salah satu individu mengorbankan diri
sendiri untuk menyelamatkan anggota lain yang lebih banyak dalam koloni
tersebut. Perilaku ini akan merugikan bagi sang individu altruist karena dia
dapat mati oleh ancaman tetapi anggota yang lebih banyak akan selamat atas tindakan
penyelamatan yang ia lakukan.
Contoh
perilaku alturis adalah perilaku kera yang memberi alaram kepada koloninya
bahwa terdapat predator yang akan menyerang, sehingga anggota koloni dapat
segera menyelamatkan diri sedangkan dirinya mungkin saja terbunuh karena dapat
dideteksi dari suara “alarm” yang ia berikan kepada anggota koloninya.
Jenis-Jenis
Perilaku Belajar
(1)
Periaku Habituasi (Habituation) :
merupakan jenis perilaku hewan yang mengabaikan suatu stimulus yang
berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya. Perilaku ini dapat juga
dikatakan sebagai bentuk kehilangan respons hewan terhadap jenis stimulus
tertentu yang berdasarkan pengalamannya sebelumnya bahwa stimulus yang ia
rasakan tidak pernah menimbulkan ancaman atau bahaya bagi dirinya
sendiri.
Contoh
perilaku habituasi adalah anjing atau kucing yang saat awal dipelihara akan
segera menyerang pemiliknya jika ditepuk punggungnya tetapi setelah sekian lama
kebiasaan menepuk punggung tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa sakit atau
cidera maka anjing atau kucing akan mengabaikan saja tindakan itu yang pada
akhirnya ia tidak akan merespon apapun ketika punggungnya ditepuk berulang
kali.
(2).
Imprinting : merupakan suatu perilaku berupa
pengenalan atau persepsi terhadap suatu objek seperti induk yang berlangsung
pada periode kritis setelah lahir (periode kritis ini berbeda masing-masing
hewan). Sebagian besar unggas biasanya memperlihatkan perilaku ini ketika baru
lahir, salah satunya adalah sekelompok angsa yang baru menetas lalu langsung
anda beri makan, maka angsa-angsa tersebut akan menganggap itu sebagai induknya
sehingga ia akan mengikuti kemana saja anda pergi.
Walaupun
anak-anak angsa tersebut kemudian melihat induk aslinya, tetap saja ia akan
mengabaikan karena sudah ada persepsi dasar yang ia temukan saat pertama kali
lahir. Perilaku ini dapat bersifat permanen namun dapat juga hilang seiring
bertambahnya usia dan terlewatinya periode kritis.
(3). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning): merupakan perilaku dimana hewan akan terbiasa untuk melakukan tindakan tertentu karena adanya orientasi hadia (reward) yang akan dia peroleh jika hal tersebut ia lakukan dan adanya hukuman (punishment) jika ia tidak melaksanakannya. Ini biasanya dikondisikan selama proses pembelajaran yang sebagian besar dilakukan oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di dunia sirkus).
(3). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning): merupakan perilaku dimana hewan akan terbiasa untuk melakukan tindakan tertentu karena adanya orientasi hadia (reward) yang akan dia peroleh jika hal tersebut ia lakukan dan adanya hukuman (punishment) jika ia tidak melaksanakannya. Ini biasanya dikondisikan selama proses pembelajaran yang sebagian besar dilakukan oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di dunia sirkus).
Persepsi
tentang hadiah dan hukuman yang berasosiasi langsung dengan stimulus tertentu
ini akan menjadi permanen sehingga kendati kemudian tidak ada hadia atau
hukuman setelah respon yang ia lakukan, respon tersebut akan tetap ia lakukan
pada periode berikutnya ketika ada stimulus serupa.
Contohnya
adalah perilaku lumba-lumba yang biasanya akan diberi makan jika ia bisa
melintasi lingkaran api di atas kolam atau juga perilaku anjing yang segera
menjulurkan lidah dan saliva yang menetes saat dibunyikan garputala (karena
saat ia diajari pada periode sebelumnya, stimulus suara berupa garputala selalu
berasosiasi dengan akan adanya makanan yang dia peroleh dari tuannya).
(4).
Perilaku Asosiasi Pengkondisian Operan (Operant Conditioning) : merupakan perialu yang diperoleh dari tindakan coba-coba atau trial and
error. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif
maka akan semakin mudah baginya mengulang keberhasilan respon tersebut. Dapat
juga terjadi kepada hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energi
untuk memperoleh makanan. Atau dapat juga berupa perilaku jerah setelah suatu
pengalaman buruk tertentu yang ia peroleh ketika melakukan suatu tindakan.
(5).
Imitasi : merupakan perilaku hewan yang
diperolehnya dengan mengamati perilaku hewan lain lalu menirukannya tetapi
peniruan ini terjadi setelah melewati periode kritis perkembangannya. Banyak
contoh hewan seperti anjing, kucing atau serigala yang belajar teknik tertentu
dalam berburu mangsa dengan meniru induknya.
(6).
Perilaku Inovasi (Insight Learning atau Reasoning) : merupakan perilaku paling cerdas dimana suatu hewan dapat merespon
sesuatu stimulus pada kondisi tertentu dalam memecahkan permasalahannya secara
cepat dan spontan kendati tidak ada pembelajaran yang identik dengan kondisi
tersebut sebelumnya. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah (problem
solving). Contohnya adalah seekor kera yang dikurung dalam ruang tertutup
dimana di langit-langit ruangan digantungkan pisang yang tidak akan dapat
diraihnya jika tanpa bantuan alat tertentu. Maka dengan serta merta kera
tersebut akan segera menyusun kotak-kotak kayu yang ada dalam ruangan membentuk
tangga untuk mencapai pisang yang tinggi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar